Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, ruas
jalan jauh di bawah kebutuhan normal yang seharusnya 20 persen dari total luas
kota. Saat ini, lahan jalan Jakarta hanya 6,2 persen saja dari total lahan. Kedua,
moda angkutan umum belum sesuai dengan kebutuhan di kota besar. Menurut
Andrinof, angkutan umum utama di Jakarta harusnya berupa bus dan kereta yang
bisa mengangkut penumpang dalam jumlah besar. Penyebab ketiga yaitu minimnya
jembatan penyeberangan orang atau terowongan penyeberangan orang. Sehingga
orang kerap kali menyeberang beramai-ramai saat arus lalu lintas sedang tinggi.
Ini tentu menghambat laju kendaraan. Keempat, karena kebijakan perumahan
perkotaan yang salah. Rumah susun di Jakarta jumlahnya amat kecil. Akibatnya,
orang menyebar ke daerah pinggir. "Penyebaran rumah ke pinggir membuat
orang lama dan banyak berada di jalan," ujar Andrinof. Penyebab
kelima karena banyaknya persimpangan jalan yang belum memiliki bangunan fly over maupun underpass. Keenam, angka
urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di pinggir Jakarta amat tinggi. Jumlahnya
di atas 4,5 persen per tahun. Sementara, mayoritas dari mereka bekerja di
Jakarta.Penyeban ketujuh, yaitu karena banyaknya titik bottleneck,
seperti di pintu-pintu masuk jalan tol. Sementara penyebab nomor delapan yaitu
karena kurangnya angkutan massal seperti bus dan kereta. Penyebab
terakhir, yaitu karena buruknya tata ruang dan kesalahan pemberian ijin
bangunan seperti mall dan ruko. "Di luar sembilan penyebab tersebut, ada
dua masalah fundamental di masa lalu, yaitu kepemimpinan birokrasi dan tata
kelola anggaran," ujar pengamat dari Universitas Indonesia itu.
Itulah beberapa penyebab terjadinya kemacetan di
Jakarta berdasarkan artikel REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, semoga bermanfaat.